Monday, May 4, 2009

He called me that i'm ******

He called me BORJUIS!!
He called me that i dont know how to compliment!!
He called me shameless!!
and i just wait for the statement he will called me that i'm not his daughter!!

i crying.. all the night, try to burying all the pain.. to keep my mouth, so there's no one know about my feeling. I always smile every time, every where,, hiding how much that statements hurt me.

Saya selalu menjawab bahwa semua baik-baik saja kala pria saya bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Tidak, ia tidak boleh tau bagaimana bobroknya keluarga saya,, ia tidak boleh tau bagaimana mudahnya ayah saya menyakiti saya dalam setiap kata yang terucap. Tidak! tidak boleh ada seorangpun yang tau!

ia bisa menjadi begitu baik jika suasana nya membuat ia senang,, tapi tak segan-segan ia dapat menyakiti hati saya dalam sekali ucap jika sesuatu tidak berjalan seperti yang dikehendakinya. dan saya terlalu bodoh untuk mengetahui apakah ia dalam keadaan senang atau tidak.

setiap kali ia selesai dengan kata-kata yang menyakiti saya, saya tidak berani bahkan hanya untuk menyapanya. saya lebih suka menghindar, tapi ternyata, langkah yang saya amabil makin mebuatnya marah,, dan kata-kata kasar lainnya meluncur denga indah, menancap tepat di hati saya.

lalau, ketika semua ini terjadi, saya harus bagaimana? sebagai seorang anak, bukankah saya masih memiliki kewajban untuk menghargai dan menghormatinya sebagai seorang ayah??

simple quote that makes us feel so lonely

“Every ending is a new beginning”

Rasanya baru kemarin ketika untuk pertama kalinya saya membaca quote itu di post di wall facebook saya. Kala itu saya baru mengalami broken heart syndrome, dan seorang teman yang hanya saya kenal di dunia maya memberi saya semangat lewat quote tersebut.

Mudah memang saat membacanya, semudah saya membalikan telapak tangan, semudah saya mengangkat dagu dan berkata saya tidak apa-apa. Tapi apakah sebenarnya semudah itu? Tidak! Saya merasakan sendiri sulitnya mengamalkan quote sederhana itu.

Sekarang setelah berselang satu tahun, saya kembali harus mengakrabkan diri dengan quote itu. Bukan karena kekasih yang kembali pergi, tapi untuk membesarkan hati saya dan keluarga setelah kepergian kakak perempuan saya.

Sekitar sebulan lalu ia pergi menghadap sang pencipta, meninggalkan kami dalam kesedihan yang panjang. Saya tidak menyangkal bahwa saya sempat merasa Tuhan tidak adil, setelah semua perjuangan yang kami lakukan, setelah banyak hal yang kami korbankan, tapi ia tetap harus pergi.

She never gave up until the end, although we felt that this fighting was useless. Bukan kami yang bersemangat untuk melawan penyakit itu, ia selalu bersyukur dalam setiap doanya. Selalu tertawa disetiap kesempatan yang ada bahkan ketika ia merasa bom waktunya hampir meledak.

Dan ketika bom itu benar-benar meledak, hanya ada isak tangis dan jerit penyesalan dari kami. Kakak sudah pergi, ia benar-benar tidak akan kembali. Dan kenyataan pahit ini harus kami terima. Tangis kecil bayi berusia 3bulan yang baru saja lahir dari rahimnya membuat kami tersadar, masih ada peninggalannya yang harus kami jaga.

Quote itu kembali menghantui hidup saya, lebih berat dari ketika pertama kali saya mengakrabkan diri dengannya. Setelah sebulan ini, bayang-bayang kakak masih saja terus beralan disekitar hidup saya. Masih berat memang, tapi bukankah sebagai seorang manusia kita tidak pernah punya kemampuan melawan takdir?

Dan saat ini, sambil memandang wajah kakak dalam foto yang akan dipakai untuk membuat buku doa membuat air mata saya kembali tak terbendung. My lovely sister was gone, she’s in peace now and i know God always be there.

Sunday, May 3, 2009

Syndrome called hurt!

saya kembali merasa tersiksa.. Bukan lagi karena pihak ketiga, tapi karena perlakuan orang terdekat saya. Mungkin sedikit berlebihan jika saya berkata saya begitu teraniaya secara batin, tapi itu yang saya rasakan.

kata demi kata, kalimat demi kalimat dengan lancar dari bibir mereka, menggoreskan luka yang kian dalam dihati saya.. Luka yang mungkin tak tetlihat orang lain, tapi rasanya sangat menyakitkan.

Setiap malamsetiap malam saya berusaha